Minggu, 18 Mei 2014

Cobtoh Naskah Drama


Si Manis Jembatan Ancol
Oleh : Patricia Joanne
Pagi itu di kelasku ramai sekali. Hari ini, 31 Oktober, adalah hari Halloween. Teman-temanku yang datang lebih awal mengagetkan dan menakuti teman yang baru datang. Joseph, temanku yang paling heboh memadamkan lampu kelas dan menutup jendela kelas sehingga kelasku 8 B menjadi gelap. Triana, temanku yang rambutnya paling panjang menutupi mukanya dengan rambutnya sehingga tampak seperti setan. Ada juga Fajar, temanku yang suka iseng dan becanda. Dari rumah, ia sudah menyiapkan pasir dan tepung buat ngejahilin teman.
Sial, hari itu aku datang pas-pasan dan lupa kalau hari ini hari Halloween. Jadi, seragamku kotor kena jebakan Fajar. Hilda, ketua kelasku yang terpintar dan tergalak mengadakan lomba cerita seram. Jurinya jelas aku yang dikenal paling berani di kelas. Sudah banyak temanku mencoba menakutiku, tapi gagal semua. Kali ini, giliran Irfan yang bercerita:
“Pulang sekolah kemarin, aku lewat Jembatan Ancol. Maklum jalan yang biasa kulewati tutup karena ada pengaspalan jalan. Di tengah Jembatan Ancol, aku melihat si Jamilah, si Manis Jembatan Ancol!” teriaknya sambil menakutiku, tapi aku tidak takut sama sekali. “Bagaimana kamu tahu dia itu Si Manis Jembatan Ancol?” tanyaku sambil meledeknya. “Jamilah? nama asli Si Manis Jembatan Ancol kan Mariam, kok Jamilah?”  “Ah, kau ini, Sur! Kayak ga tau aja ceritanya, si Jamilah kan ditinggalin pacarnya dan tiap kali dia selalu nyariin pacarnya itu,” kata Irfan. “Memangnya siapa pacarnya?” aku pura-pura tidak tahu. “Ya jelas namanya Surya lah… pake nanya lagi,” ledek Irfan diikuti tawa teman-temanku yang lain. Aku menahan rasa maluku di depan semua teman-temanku. “Enak aja…! kamu kali, Fan? buktinya kamu yang ketemu sama dia. Biar aku tunjukkin kalau aku bukan pacarnya si Manis Jembatan Ancol itu. Pulang sekolah, aku akan lewat situ. Kalau aku lewat tanpa rasa takut, berarti kau pacarnya!”, teriakku sambil menggebrak meja. Aku dan Irfan tak sabar menunggu bel pulang sekolah berbunyi. Kami sama sekali gak konsentrasi belajar. Bahkan kami sempat dihukum Pak Retno karena lebih memerhatikan jam daripada pelajaran.
Sepulang sekolah, seperti perjanjian aku harus melewati Jembatan Ancol. Aku berjalan sendirian di atas besi tua yang rapuh itu. Ketika kuinjak besi itu, muncul suara menderit di tengah keramaian kota ini. Bulu kudukku mulai berdiri, kakiku gemetar di langkah kedua. Aku merasakan keringat dingin bercucuran di wajahku. Tiba-tiba gadis pendek dengan wajah sedih dan rambut panjang yang menutupi wajah menepuk bahuku. Suaranya yang parau berkata, “Oh sayangku kau kembali!”. Saat kutengok ke belakang, ternyata… “Ahh…!!!” teriakku histeris sambil berlari ke seberang sana. Orang-orang kaget dan mengira aku kerasukan. Sementara itu, teman-temanku di seberang menungguku sambil cekikikan. “Astaga, ternyata Surya si pemberani takut sama pacarnya sendiri, kikik…,” tawa Irfan dan teman lainnya. Aku tak dapat berkata-kata lagi, aku menyerah. Tapi aku tetap tidak mau dibilang pacarnya Jamilah atau yang seharusnya Mariam si Manis Jembatan Ancol!



Si Manis Jembatan Ancol
Oleh : Laila Putrinda dan Nola Dewanti
         
( Pagi hari di ruang kelas 8B terlihat begitu gelap. Karena hari ini Hallowen, Joseph, Triana dan juga Fajar sepakat untuk menakut-nakuti teman yang baru datang. Surya yang baru datang, juga menerima aksi jail dari Fajar )
Surya        : ( Membuka pintu dan langsung ditaburi dengan tepung oleh Fajar ) Agh..           
                   apa-apaan sih, kog aku ditaburi tepung segala..!!
Fajar         : ( Tertawa terbahak-bahak ) haha… selamat hari Hallowen ya sur..
Sury          : Oh..ya aku lupa kalau sekarang hari Hallowen, ah..tapi gara-gara kamu                             bajuku jadi kotor kan nih..!
            ( Tiba-tiba Hilda sang ketua kelas menghampiri Surya dan Fajar )
Hilda         : Sudahlah Surya, daripada kamu marah-marah terus mendingan kita lomba                                    cerita seram saja
Surya    : Ehm… baiklah kalau begitu, biar aku saja yang jadi jurinya, kan dikelas ini                     aku dikenal paling berani
(  Satu per satu telah bercerita, namun semuanya gagal menakuti Surya, dan kini giliran Irfan yang bercerita )
Irfan          : Pulang sekolah kemarin, aku lewat Jembatan Ancol. Maklum jalan yang bisa    
                 kulewati tutup karena ada pengaspalan jalan. Dan tiba-tiba saja di tengah             
                 Ancol, aku melihat Jamilah si Manis Jembatan Ancol.
Surya       : Bagaimana kamu tahu bahwa dia itu si Manis Jembatan Ancol? lagipula nam asli si
                 Manis Jembatan Ancol kan Mariam, kog jamilah?
Irfan        : Ah, kamu ini Sur! kayag ga tau tau aja ceritanya, si Jamilah kan ditinggalin                                   pacarnya dan tiap kali dia selalu nyariin pacarnya itu.
Surya        : Memang siapa pacarnya?
Fajar         : Ya jelas namanya Surya lah.. pake nanya lagi
Surya    : ( Dengan nada kesal ) Enak aja…! kamu kali, Fan? buktinya kamu yang
               ketemu sama dia. Biar aku tunjukkin kalau aku bukan pacarnya si Manis                                    Jembatan Ancol itu. Pulang sekolah, aku akan lewat situ, kalau aku lewat tanpa                            rasa takut, berarti kamu pacarnya!
***
            ( Selama pelajaran Pak Retno berlangsung, Surya dan Irfan tidak memperhatikan pelajaran, mereka justru lebih memperhatikan jam dinding )
Pak Retno        : Surya, Irfan coba jelaskan apa yang tadi bapak terangkan
Surya               : ( bingung ) Haa… apaan pak ?
Irfan                : I..iya pak apa?
Pak Retbo        : ( Dengan nada yang lantang ) Surya, Irfan jadi dari tadi kalian tidak memper-
                      hatikan pelajaran ya!  kalau begitu, kali ini bapak hukum kalian untuk berdiri di 
                       depan kelas sekarang juga !
            ( Surya dan Irfan melangkah ke depan kelas dan mereka pun harus berdiri di depan kelas dan tak lama bel pulang pun berbunyi. Sesuai perjanjian, Surya pun harus melewati Jembatan Ancol untuk membuktikan perkataannya )
Surya               : ( Berjalan melewati besi tua yang rapuh )
Seorang gadis : ( Menepuk bahu Surya ) oh, sayangku kau kembali !
Surya               : ( Menengok ke belakang dan berteriak ) aghh……..!!
            ( Sambil berteriak histeris, Surya pun berlari ke arah teman-temannya yang dari tadi sedang menunggu Surya )
Irfan         : Astaga, ternyata Surya si pemberani takut sama pacarnya sendiri, hahaha                               ( tertawa terbahak-bahak yang diikuti teman-teman yang lain )
Surya        : ( Diam dengan wajah yang kesal )

Tamat