Minggu, 28 Juli 2013

rangkuman buku pengetahuan populer


Judul Buku   : Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila Pendekatan NLP
Pengarang     : Bambang Qomaruzzman
Halaman       : 136
Penerbit        : Sembiosa Rakatama Media
Tahun Terbit  : 2011

     Buku yang berjudul Pendikdikan Karakter Berbasis Pancasila Pendekatan NLP ini,membahas secara tuntas apa dan bagaimana pendidikan karakter itu,dengan pancasila sebagai prinsipnya,dan NLP sebagai alat pendekatannya. Dalam buku ini,dikemukakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengajarkan setiap murid untuk melakukan hal-hal yang baik,dalam segala aspek kehidupan. Untuk melakukan hal-hal yang baik dalam segala aspek kehidupan,pendidikan karakter membutuhkan sebuah prinsip atau nilai acuan yang menjadi alur pembiasaan perilaku. Buku ini,mengajukan pancasila sebagai prinsip pendidikan karakater,ini dikarenakan,nilai-nilai yang ada di pancasila sangat cocok untuk dijadikan prinsip pembentukkan karakter,bagi murid-murid yang ada di sekolah Indonesia. Selain itu,pendidikan karakter juga membutuhkan suatu program yang bisa dijadikan sebagai alat pendekatan bagi murid-murid di sekolah. Dalam buku ini,NLP dijadikan sebai alat pendekatannya. NLP adalah kepanjangan dari Neuro Language Programming,atau dalam bahasa Indonesianya adalah suatu alat untuk memprogram sesorang,agar bisa berkembang dan sukses. Namun,agar bisa menjadi sesorang yang dapat berkembang dan sukses,dibutuhkan pribadi yang berkarakter. Pribadi berkarakter adalah pribadi yang sangat konsisten dalam mewujudkan visi dan misinya. Untuk menjadi pribadi yang berkarakter,hal yang pertama kita lakukan adalah,dengan menyadari terlebih dahulu ke-4 anugrah dari Tuhan,yang sudah diberikan semenjak lahir,ke-4 anugrah tersebut adalah : pikiran,tubuh,hati,dan jiwa. Namun, untuk menjadi pribadi yang berkarakter,tidak hanya dengan menyadari ke-4 anugrah Tuhan tersebut,melainkan juga harus ada yang berperan dalam pembentukkan karakter. Dalam buku ini,yang berperan dalam pembentukkan karakter adalah guru ideal. Guru ideal adalah guru yang dapat mengembangkan kemampuan muridnya menjadi sebuah bakat,serta dapat membentuk karakter muridnya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di pancasila. Selain itu, sarana juga sangat penting dalam pembentukkan karater berbasis pancasila. Dalam buku ini, sarana yang dimaksud adalah,sekolah ideal. Sekolah ideal adalah sekolah yang dapat memberikan rasa kenyamanan bagi setiap murid, sehingga murid tersebut tidak merasa terkekang selama berada di sekolah. Nah,dengan adanya program NLP,serta adanya 4 anugrah dari Tuhan,guru yang ideal, dan sekolah yang ideal,diharapkan murid-murid dapat mengembangkan  kemampuannya menjadi sebuah bakat yang dapat berguna,dan dapat pula menjadi murid yang berkarakter pancasila.




kutil marini


 Cuplikan Novel “ KUTIL MARINI “
Karya Zainal Radar T
    Marini punya kutil di telapak tangan kirinya. Mulanya satu buah. Tetapi, sekarang sudah menjadi tiga buah. Yang satu sebesar pantul korek, dan yang duanya lagi sedikit lebih kecil. Sebel, deh, rasanya Marini, tangan halusnya mesti ditumbuhi kutil. Marini ingin mengadukannya pada Mama-Papa, tapi Marini takut. Marini takut dirinya dibawa ke rumah sakit, lantas dioperasi! Hiyy. . .! Marini jadi merinding.
    Pikir Marini, yang namanya operasi, pasti kulit kita dibelek pakai pisau tajam. Cres! Cres! Wadow, bulu kuduk Marini berdiri membayangkannya! Biar saja, deh, tuh kutil tumbuh, yang penting enggak dioperasi. Lagian, kutil itu nggak terlalu mengganggu, sebab,tangan kiri, kan nggak dipakai buat salaman. Kecuali buang hajat (eh. . .jooroook), baru deh pakai tangan kiri, Dan, rasain! Kutil itu dipakai buat cebok! Siapa suruh tumbuh di situ?
    “Kutil apaan, sih Kak?” tanya Rhino, adiknya yang kelas lima SD. “Ini nih, yang namanya kutil!” ucap Marini, sambil nunjukin kutil di telapak tangan kirinya. “Idih! Kok, kayak jerawat Mama.”  “Husy!  Awas jangan bilang-bilang Papa-Mama, ya!” ancam Marini. “Oke deh, Kak! Tapi janji ya, Rhino diajak nonton bioskop lagi!” “Iya deh, kalo ada film anak-anak lagi!” “Janji ya,Kak!” “Kutil! Eh. . .kutil!!” Marini tersandung, dan berteriak-teriak menyebut kutilnya sendiri. “Ih, cerewet!” maki Marini kemudian. Rhino senyum-senyum sambil melirik kutil kakaknya.
     Namun begitu, meski merahasiakan pada mama dan papanya, suatu sore Marini menceritakan kutilnya pada Sandra. Meski ketiga kutil itu nggak terasa sakit, Marini bermaksud mengenyahkannya.
     “Operasi itu nggak sakit, monyong!” Sandra memberi jalan keluar, ketika Marini memperlihatkan kutilnya yang imut itu. “Yang lain aja deh, asal nggak dioperasi!” “Habis,mau diapain? Berobat alternative, maksud lu?”  “Apa tuh, berobat alternative?”  “Berobat altenatif itu, berobat secara tradisional. Biasanya sama orang pintar atau semacam tabib.” “Nggak dioperasi donk!” “Nggak,lah! Nantinya kutil elu diusap-usap, disembur . . .ffuih. . . ! Langsung,deh!”  “Hilang?” ”Nambah! Huahaha. . .!” Sandra tertawa-tawa sampai tubuhnya yang gembrot terguncang-guncang.
“Eh bulldog! Gue serius, nih! Kok, malah bercanda! “Udah deh, nanti kita tanya ke Salman aja!” “Salman? Nggak deh, nggak! Gila kali lu, yah! Salman nggak boleh tau masalah ini . Gue nggak mau kalo kutil ini diketahui Salman!” “Bokap Salman, kan dokter! Ntar lu bisa konsultasi sama bokapnya dia!” “Ogah ah, bulldog! Mending gue rawat aja,daripada dioperasi!” “Dasar monyong! Kutil,kok,dipelihara?!” “Monyong? Aeh, monyong!” Marini tersandung, ketika meninggalkan Sandra. Sandra terkekeh-terkekeh sambil megangin perutnya.
         

Alur/plot
Alur cerita yang digunakan dari kutipan novel tersebut adalah alur maju. Kalimat yang menunjukkan bahwa kutipan novel tersebut menggunakan alur maju ada pada kalimat pertama dari kutipan yang menyatakan : Marini punya kutil di telapak tangan kirinya. Mulanya satu buah. Tetapi, sekarang sudah menjadi tiga buah.
Secara singkat kutipan novel ini, menceritakan tentang masalah Marini untuk menghilangkan ke tiga kutilnya tersebut. Namun, Marini takut untuk bilang kepada Mama dan Papanya, Marini justru menceritakan masalah ini kepada teman sekolahnya, yaitu, Sandra. Setelah Sandra mendengarkan masalah Marini, akhirnya Sandra memberikan saran untuk menghilangkan kutil Marini, dengan cara mulai dari, operasi, konsultasi ke Papahnya Salman ( Salman : teman sekolah Marini ) sampai  ke orang pintar. Namun, semua saran Sandra, ditolak oleh Marini, karena  Marini merasa tidak cocok dengan semua saran  dari Sandra.
Semua jalinan cerita dalam kutipan novel “ Kutil Marini ” ini, menunjukkan bahwa alur yang digunakan adalah alur maju.

Tokoh dan Perwatakan
*       Tokoh utama dalam kutipan novel tersebut adalah Marini. Dalam kutipan novel tersebut, diceritakan bahwa Marini mempunyai sifat penakut. Kalimat yang menunjukkan Marini penakut adalah Marini ingin mengadukannya pada Mama-Papa, tapi Marini takut. Marini takut dirinya dibawa ke rumah sakit, lantas dioperasi! Tokoh Marini juga diceritakan mempunyai watak suka mencela, kalimat yang menunjukkan bahwa Marini mempunyai watak suka mencela adalah “Eh bulldog! Gue serius, nih! Kok, malah bercanda!
Tokoh Marini  juga diceritakan mempunyai kebiasaan latah. Kalimat yang menunjukkan bahwa Marini mempunyai kebiasaan latah adalah  “Kutil! Eh. . .kutil!!” Marini tesandung, dan berteriak-teriak menyebut kutilnya sendiri.

*     Dalam kutipan novel tersebut tokoh Sandra mempunyai watak penolong atau mau memberi solusi. Kalimat yang menunjukkan bahwa Sandra mau memberikan solusi adalah ”Operasi itu nggak sakit, monyong!” Sandra memberi jalan keluar. Tokoh Sandra juga diceritakan mempunyai watak suka mencela, kalimat yang menunjukkan bahwa Sandra mempunyai watak suka mencela adalah ”Operasi itu nggak sakit, monyong!” Tokoh Sandra juga diceritakan juga mempunyai karakter humoris atau suka bercanda, kalimat yang menunjukkan bahawa Sandra mempunyai watak humoris adalah “Nantinya kutil elu diusap-usap, disembur . . .ffuih. . . ! Langsung,deh!” “Hilang?” ”Nambah! Huahaha. . .!” Sandra tertawa-tawa sampai tubuhnya yang gembrot terguncang-guncang.

*     Dalam kutipan novel tersebut tokoh Rhino memiliki watak penurut, kalimat yang menunjukkan bahwa tokoh Rhino mempunyai watak penurut adalah “Husy!  Awas jangan bilang-bilang Papa-Mama, ya!” ancam Marini. “Oke deh, Ka! Tapi  janji  ya, Rhino diajak nonton bioskop lagi!”. Tokoh Rhino juga diceritakan memiliki karakter polos, kalimat yang menunjukan bahwa tokoh Rhino memiliki karakter polos adalah “Kutil apaan, sih Kak?” tanya Rhino, adiknya yang kelas lima SD.